Stomata- Laporan Praktikum
Laporan
Praktikum
Fisiologi
Tumbuhan
STOMATA
Di susun oleh
Nama :
Muh Ridwan
Nim :
G111 14 504
Kelas :
D
Kelompok : 5 (lima)
Asisten :
Siskayanti Ahmad
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jaringan epidermis merupakan jaringan terluar pada setiap
organ tumbuhan, jaringan ini tersusun dari sel-sel yang merupakan modifikasi
dari sel parenkim. Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai
dari akar, batang, dan daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel
yang berbentuk pipih dan rapat. Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai
pelindung jaringan di dalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat. Jaringan
epidermis daun terdapat di permukaan atas dan permukaan bawah daun. Jaringan
epidermis daun tidak mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup
stomata (Arifin,2010)..
Stomata ini berfungsi sebagai jalan
masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis, sebagai jalan
penguapan (transpirasi), dan sebagai jalan pernapasan (respirasi). Stomata
sangat penting bagi kehidupan tumbuhan karena pori stomata merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas dan air antara atmosfer dengan system ruang antar sel
yang berada pada jaringan mesofil di bawah epidermis. Hal ini sangat
menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis (Arifin,2010)..
Stomata pada sebagian besar tumbuhan
lebih terkonsentrasi pada permukaan bagian bawah daun, yang dapat mengurangi
transpirasi atau penguapan karena permukaan bagian bawah menerima lebih sedikit
cahaya matahari dibandingkan dengan permukaan atas (Lestari,
2006)..
Stomata
terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel
tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan
turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida,
berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lestari,
2006)..
Sel yang mengelilingi stomata atau biasa
disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan
gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau
lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan
epidermis maka yang lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau
tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung
inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding
sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin (Arifin,2010).
Berdasarkan
uraian di atas maka perlu dilakukannya pengamatan tentang stomata pada daun
tanaman.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum
tentang Stomata yaitu Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses membuka dan
menutupnya stomata pada daun tanaman serta faktor yang mempengaruhi membuka dan
menutup stomata.
Kegunaan pada praktikum
ini yaitu Mahasiswa dapat mengetahui kapan stomata membuka dan kapan stomata
menutup serta dapat mempraktikkan bagaimana cara mengambil stomata dari daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stomata
Stomata
adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada bawah daun dan
meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentuk oleh kedua sel epidermis yang
terspesialisasi yang disebut sebagai sel penjaga yang meregulasi besarnya
diameter stomata (Lestari, 2006).
Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang
berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula
atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui
stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga
berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang
berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup
yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya
stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan
konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat.
Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai
upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam
membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa
yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera
menutup. Mekanisme membuka dan menutup
stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif
sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan atau transpirasi (Lestari, 2006).
Intensitas
cahaya yang optimal akan mempengaruhi aktivitas stomata untuk menyerap CO2,
makin tinggi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh permukaan daun
tanaman, maka jumlah absorpsi CO2, relatif makin tinggi pada kondisi
jumlah curah hujan cukup, tetapi pada intensitas cahaya matahari diatas 50%
absorpsi CO2 mulai konstan. (Nasaruddin, 2002).
Kepadatan
stomata dapat ditunjukkan dengan kondisi perubahan konsentrasi karbondioksida.
Karbondioksida dan intensitas cahaya merupakan adalah satu-satunya faktor yang
diketahui dapat digunakan untuk mengendalikan perkembangan stomata dari sel
epidermis. Efek dari karbondioksida, pada pertumbuhan daun dapat diketahui
dengan mengukur indeks stomata (IS), yang menggambarkan rasio antara banyaknya
stomata dengan jumlas sel pada permukaan daun (Johnson et.al., 2002).
Aktivitas
stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel pembantu.
Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung dan
dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup
besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu membuka
dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari
sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel
mengendor pori/lobang menutup (Halim, 2009)
2.2 Mekanisme Membuka dan Menutup Stomata
Stomata
membuka karena meningkatnya pencahayaan (dalam batas tertentu) dan peningkatan
cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat naiknya suhu
membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban sehingga transpirasi
meningkat dan akan mempengaruhi bukaan stomata. (Salisbury
dan Ross, 1995).
Stomata akan
membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel
penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan
air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi
air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi
air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan
sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi osmotic sel akan
semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka
secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke
sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus
ditingkatkan (Lakitan, 1993).
2.3
Tanaman C3, C4 dan CAM
a.
Tanaman C3
Tanaman C3 adalah
tanaman yang mempunyai lintasan atau siklus PCR (Photosynthetic Carbon
Reduction) atau sering disebut siklus calvin yang dapatmenghasilkan asam
organik yang mengandung 3 atom C dan jaringan yangterlibat dalam proses
fotosintesis adalah jaringan mesofil. Lintasan itu dimulaidari pengikatan CO2
dengan RBP dan RuBP (Sinaga, 2010).
Tanaman C3 adalah
kelompok tumbuhan yang menghasilkan senyawa phosphogliseric acid yang memiliki
3 atom C pada proses fiksasi CO2 oleh ribolusadiphosphat pada tanaman (Sinaga,
2010).
b.
Tanaman C4
Tanaman C4 adalah
tanaman yang menghasilkan asam 4 karbon sebagai produk utama penambahan CO2. Tanaman
C4 adalah kelompok tumbuhan yang melakukan persiapan reaksigelap fotosintesis
melalui jalur 4 karbon / 4C (jalur hatch- slack) sebelummemasuki siklus calvin,
untuk meminimalkan keperluan fotorespirasi (Jati, 2007).
c.
Tanaman CAM
Tanaman CAM adalah
tanaman yang dapat berubah seperti tanaman C3 pada saat pagi hari (suhu rendah)
dan dapat berubah seperti tanaman C4 pada siang hari dan pada malam hari.
Tanaman CAM adalah tanaman yang tumbuh di kawasan gurun atau daerah panas dan
mengambil CO2 di atmosfer dan membentuk sebagian besar 4 karbon juga (Jati,
2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 6 Oktober 2015 pada pukul 07.30-09.30
WITA di depan Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum tentang stomata ini yaitu gunting, kaca preparat,
mikroskop, label, tissue dan solasi bening.
Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini yaitu daun kakao, dan kuteks.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun
proses kerja dalam praktikum ini yaitu,
1. Memilih daun kakao, daun yang dipilih adalah daun
pada tengah batang.
2. Membersihkan bagian atas dan bwah daun menggunakan
tissue.
3. Setelah bersih, oleskan kuteks pada permukaan atas
dan bawah daun dengan cara mengoleskannya satu arah.
4. Setelah itu mengoleskan kuteks, dan setelah kuteks
pada permukaan daun kering tutupi dengan solasi.
5. Setelah beberapa saat, tarik perlahan solasi
kemudian tempelkan pada kaca preparat dan berikan label untuk daun atas dan
daun bagian bawah.
6. Setelah itu, amati stomata di bawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Stomata Daun
Kakao Bagian Atas
![]() |
Add caption |
Gambar
1 Sumber data primer 2015
(stomata
bagian atas daun kako)
2. Stomata
Daun Kakao Bagian Bawah

Gambar
1 Sumber data primer 2015
(stomata
bagian bawah daun kako)
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali
ini kita mengamati stomata pada daun kakao, bagian daun yang diamati yaitu daun
pada bagian tengah batang, dan pada daun bagian stomata yang diambil yaitu
bagian atas daun dan bagian bawah daun.
Berdasarkan hasil
pengamatan stomata pada bagian atas daun lebih banyak yang terbuka dibandingkan
dengan daun bagian bawah, hal ini dikarenakan oleh dua factor yakni
ketersediaan air serta intensitas cahaya yang ditangkap oleh daun, daun bagian
atas lebih banyak mendapatkan suplai sinar matahari dibandingkan dengan daun
bagian bawah permukaan daun.
Stomata dapat membuka
dan menutup berdasarkan pada ketentuan tertentu untuk berlangsungnya aktifitas
tersebut. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya
faktor turgiditas. Turgiditas ini merupakan kandungan air yang dapat
mempengaruhi kerja stomata. Stomata akan terbuka apabila terdapat kandungan air
yang sangat melimpah (Tjitrosoepomo, 2007).
Stomata tumbuhan pada
umunnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup pada sat hari geklap
hingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang
hari. Umumnya proses pembukaan memerlukan waktu satu jam dan penutupan
berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika
tumbuhan akan ditempatkan dalam gelap secara tiba – tiba. Terbukanya stomata
pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa
karbondioksida yaitu keadaan fotosintesios tidak dapat terlaksana (Tjitrosoepomo,
2007).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan, stomata pada daun dapat membuka jika suplai air pada daun mencukupi
serta intensitas cahaya matahari yang ditangkap oleh daun tanaman mencukupi dan
stomata pada daun dapat tertutup jika tanaman tidak mendapat suplai air yang
cukup serta tidak mendapatkan energi sinar matahari atau cahaya yang cukup.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata yaitu air dan
cahaya.
5.2 Saran
Dalam
praktikum tentang stomata sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena cahaya
matahri yang langsung mengenai daun akan mengakibatkan stomata pada daun akan
terbuka sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2010. STOMATA.http://iman56.blogspot.com/2010/10/perbedaan-tanaman-c3-c4-dan-cam.html Diakses tanggal 12 Oktober 2015.
Gardner, Franklin. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI
Press.
Halim, A. 2009. Mekanisme Kerja, Biosintesis, dan Peranan
Stomata Dalam Metabolisme. <http://agushalim.blogspot.com/>.
Diakses tanggal 12 Oktober 2015.
Jati, Wijaya. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta : Ganeca Exact.
Johnson, D.M.,
W.K.Smith, M.R. Silman. 2002. Climate-independent
paleoaltimetry using stomatal density in fossil leaves as a proxy for CO2
partial pressure. Department of Biology, Wake Forest University,
Winston-Salem, North Carolina 27109-7325, USA.
Lestari, E.G. 2006. Hubungan antara kerapatan
stomata dengan ketahanan kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti,
dan IR 64. Jurnal
Biodiversitas 7(1): 44-48.
Nasaruddin.
2002. Aktivitas beberapa proses
fisiologis tanaman kakao muda di lapang pada berbagai naungan buatan. Jurnal Agrisistem. 2(1).
Salisbury, F.B,
dan C.W. Ross. 1995. Plant Physiology (Fisiologi
Tumbuhan, alih bahasa: D.R. Lukman dan Sumaryono). ITB, Bandung.
Salisburry, Frank B. 1998. Photosynthesis 6 thEdition. Cambridge
University Press.London.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Komentar
Posting Komentar